Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 23:1-12
Matthew Henry: Mat 23:1-12 - Ahli-ahli Taurat dan Orang-orang Farisi Dikecam; Peringatan terhadap Kesombongan
Dalam pasal sebelumnya diceritakan tentang percakapan Juruselamat kita dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Sekarang, dalam pasal ini d...
- Dalam pasal sebelumnya diceritakan tentang percakapan Juruselamat kita dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Sekarang, dalam pasal ini diceritakan tentang percakapan-Nya mengenai mereka, atau tepatnya menentang mereka.
- I. Kristus mengakui jabatan mereka (ay. 2-3).
- II. Ia memperingatkan murid-murid-Nya agar tidak meniru kemunafikan dan kesombongan mereka (ay. 4-12).
- III. Ia menyampaikan tuduhan terhadap mereka atas berbagai kejahatan dan pelanggaran besar yang mereka lakukan, merusak hukum Taurat, menentang Injil, dan mengkhianati Allah dan sesama, dan atas setiap kejahatan ini Ia menambahkan celaka yang akan menimpa mereka (ay. 13-33).
- IV. Ia menyampaikan hukuman yang akan menimpa Yerusalem, dan menubuatkan kehancuran kota itu dan Bait Allah, khususnya akibat dosa penganiayaan yang mereka lakukan (ay. 34-39).
Ahli-ahli Taurat dan Orang-orang Farisi Dikecam; Peringatan terhadap Kesombongan (23:1-12)
- Dalam semua khotbah-Nya, belum pernah kita membaca Kristus bersikap begitu keras terhadap kelompok mana pun seperti kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi ini. Karena tidak ada lagi yang lebih bertentangan dengan Injil daripada perilaku dan tindakan generasi manusia-manusia ini yang hanya terdiri atas kesombongan, keduniawian, dan kesewenang-wenangan, dan semuanya dibungkus dalam jubah agama. Namun, orang-orang seperti ini malah menjadi pujaan dan kesukaan banyak orang, yang berpikir bahwa bila ada dua orang masuk sorga, salah satunya pasti seorang Farisi. Sekarang Kristus mengarahkan pembicaraan-Nya di sini kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya (ay. 1) untuk meralat kesalahan mereka tentang para ahli Taurat dan orang-orang Farisi ini, dengan menggambarkan warna asli mereka, supaya dengan demikian Ia bisa menghapus prasangka buruk sebagian orang terhadap diri dan ajaran-Nya. Pada masa itu, ajaran-Nya ditentang oleh para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, yang menyebut diri mereka sendiri sebagai penuntun umat. Perhatikanlah, sangat baik untuk mengenal watak manusia yang sebenarnya, sehingga kita tidak terkecoh oleh nama besar, gelar, dan keangkuhan kekuasaan. Orang-orang harus diingatkan tentang serigala-serigala (Kis. 20:29-30), anjing-anjing (Flp. 3:2), pekerja-pekerja curang (2Kor. 11:13), agar mereka dapat berjaga-jaga. Bukan hanya kumpulan orang banyak itu saja, tetapi para murid juga perlu mewaspadai hal ini, karena mata orang baik pun mudah disilaukan oleh kemegahan duniawi.
- Nah, dalam pembicaraan ini:
- I. Kristus mengakui jabatan mereka sebagai pengajar hukum. Mereka ini adalah ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi (yaitu, seluruh Mahkamah Agama (Sanhedrin), yang memegang tampuk pemerintahan atas jemaat, yang disebut ahli-ahli Taurat, dan sebagian dari mereka adalah orang-orang Farisi). Mereka menduduki kursi Musa (ay. 2), sebagai guru-guru masyarakat dan penafsir hukum. Hukum Musa sendiri menjadi hukum politis yang berlaku dalam bangsa mereka, dan merekalah yang menjadi hakim-hakimnya, atau yang bertugas sebagai hakim di pengadilan. Mengajar dan mengadili tampaknya merupakan pekerjaan yang sama (bdk. 2Taw. 17:7, 9 dengan 2Taw. 19:5, 6, 8). Mereka bukanlah hakim-hakim yang berkeliling dari satu tempat ke tempat lain, tetapi bertugas di satu tempat di kota-kota tertentu. Mereka memutuskan perkara kriminal, hukuman-hukuman khusus, atau mengeluarkan surat perintah keputusan pengadilan atas seseorang. Mereka menduduki kursi Musa, tetapi bukan sebagai pengantara antara Allah dan bangsa Israel seperti Musa, melainkan hanya sebatas menjadi kepala pengadilan belaka, seperti Musa juga (Kel. 18:26). Tugas jabatan anggota Mahkamah Agama yang demikian bisa dikatakan dijalankan juga oleh orang-orang Farisi dan para ahli Taurat lainnya, yang bertugas menjelaskan hukum Taurat secara rinci dan mengajar orang banyak cara menerapkan hukum tersebut pada kasus tertentu. Mimbar kayu, seperti yang dibuat untuk Ezra, ahli kitab yang mahir dalam hukum Taurat Allah (Neh. 8:5), di sini disebut kursi Musa, karena Musa memiliki kursi-kursi semacam itu di setiap kota (seperti yang dinyatakan dalam Kis. 15:21). Merekalah yang memberitakan hukum Taurat dari atas mimbar itu. Inilah jabatan mereka, sebuah jabatan yang sah dan terhormat menurut hukum. Di sana diperlukan imam-imam yang dari perkataan mulutnya orang bisa mencari pengajaran (Mal. 2:7).
- Perhatikanlah:
- . Banyak kedudukan yang baik justru diisi oleh orang-orang jahat. Bukan merupakan hal baru bila orang-orang fasik justru ditinggikan, bahkan sampai menduduki kursi Musa (Mzm. 12:9). Bila keadaannya sudah menjadi seperti ini, orang-orang ini tidak akan dihormati lagi dengan kedudukannya itu, karena kedudukan itu telah dicemari oleh mereka. Nah, akhlak mereka yang duduk di kursi Musa itu telah begitu merosotnya sehingga kini tibalah saatnya bagi Sang Nabi Agung, seorang nabi seperti Musa, untuk membangun kursi yang lain.
- . Oleh karena itu, jabatan dan kekuasaan yang baik dan berguna tidak bisa dihukum dan dihapuskan begitu saja (sebab nanti akan menjadi rusak), karena ada kalanya jabatan dan kekuasaan tersebut jatuh ke tangan orang-orang fasik, yang menyalahgunakan kedua hal tersebut. Oleh karena itu, kita juga tidak boleh menurunkan kursi Musa, karena ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi kini telah menguasainya. Lebih baik bila kita biarkan keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai (Mat. 13:30).
- Karena itu Kristus menyimpulkan (ay. 3), "Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu selama mereka masih menduduki kursi Musa, yakni selama mereka bertugas membacakan dan memberitakan hukum yang diberikan oleh Musa" (yang saat itu masih berlaku kuat dan punya wewenang penuh serta berstandar tinggi), "selama mereka bertugas untuk menghakimi sesuai dengan hukum itu. Selama itu pula, kamu harus mendengarkan mereka dengan saksama, sebagai peringatan bagimu akan firman yang tertulis." Para ahli Taurat dan orang-orang Farisi bertugas mempelajari Kitab Suci, dan sangat mengenal bahasa, sejarah, dan kebiasaan yang berkaitan dengan hukum tersebut, begitu juga dengan gaya dan ungkapan khusus yang digunakan di dalamnya. Sekarang Kristus mengajak orang banyak itu untuk memanfaatkan bantuan yang mereka berikan untuk memahami Kitab Suci, dan menjalankan apa yang diajarkan. Selama pemahaman mereka menggambarkan apa yang dimaksud oleh Kitab Suci dan tidak menyesatkan, membuatnya semakin jelas, dan tidak membatalkan perintah Allah, sejauh itu pula perkataan mereka harus diperhatikan dan ditaati, tetapi harus dengan penuh kewaspadaan dan kebijaksanaan. Perhatikanlah, kita tidak boleh berpikir buruk tentang kebenaran-kebenaran yang baik hanya karena yang memberitakannya adalah pelayan-pelayan Tuhan yang jahat. Begitu juga terhadap peraturan-peraturan baik yang dilaksanakan oleh penguasa yang buruk. Meskipun kita sangat menginginkan agar makanan kita disajikan oleh para malaikat, namun, bila Allah mengirimkannya kepada kita melalui burung-burung gagak, bila hal itu baik dan bermanfaat, kita harus menerimanya dan bersyukur kepada Allah atas pemberian itu. Demikianlah, dengan ajakan seperti ini, Tuhan Yesus ingin mencegah orang berpikiran bahwa dengan menyalahkan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, Ia solah-olah bermaksud merendahkan hukum Musa dan menjauhkan orang dari hukum Taurat. Tidak, Ia menegaskan bahwa Ia datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Perhatikanlah, dalam mengkritik pejabat dan jabatannya, kita harus bijak supaya tidak menyalahkan pelayanan, karena yang bersalah adalah pelayannya dan bukan pelayanan itu sendiri.
- II. Tuhan Yesus mencela orangnya. Ia telah memerintahkan orang banyak itu untuk melakukan segala sesuatu yang mereka ajarkan, tetapi di sini Ia menambahkan sebuah peringatan untuk tidak meniru perbuatan-perbuatan mereka, untuk mewaspadai ragi mereka; "Tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka." Adat istiadat mereka adalah karya mereka, pujaan mereka, dan hasil rekaan mereka belaka. Atau, "Janganlah kamu mengikuti teladan mereka." Ajaran dan perbuatan adalah roh-roh yang harus diuji, dan harus dipisahkan dan dibedakan dengan hati-hati. Kita juga tidak boleh menelan mentah-mentah ajaran-ajaran yang salah hanya berdasarkan perbuatan-perbuatan terpuji yang dilakukan oleh mereka yang mengajarkannya. Begitu juga kita tidak boleh meniru teladan buruk dari mereka yang memberikan pengajaran yang jujur dan dapat dipercaya. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi sangat membanggakan kebaikan perbuatan mereka sebagai kemurnian pengajaran mereka, dan mereka berharap bisa dibenarkan oleh hal-hal itu. Itulah dalih yang mereka sampaikan (Luk. 18:11-12). Tetapi hal-hal yang begitu mereka banggakan itu justru merupakan kekejian di mata Allah.
- Di sini dan pada ayat-ayat berikutnya, Juruselamat kita menggali lebih khusus lagi tentang perbuatan-perbuatan mereka yang tidak boleh kita teladani. Secara umum, yang dituduhkan kepada mereka adalah kemunafikan, ketidakjujuran, atau patokan ganda yang mereka terapkan dalam agama. Kejahatan seperti ini tidak bisa diperiksa dalam pengadilan manusia, karena kita hanya bisa mengadili sebatas penampilan luar saja. Tetapi Allah yang menyelidik hati mampu menemukan kejahatan kemunafikan. Hal ini sungguh tidak menyenangkan hati-Nya, karena yang didambakan-Nya hanyalah kebenaran.
- Dalam ayat-ayat ini ada empat hal yang dituduhkan kepada mereka.
- . Perkataan dan perbuatan mereka merupakan dua hal yang berbeda.
- Perbuatan mereka sama sekali tidak sepadan dengan khotbah-khotbah atau jabatan mereka, karena mereka mengajarkan tetapi tidak melakukan. Mereka mengajarkan hukum Taurat yang sebenarnya baik, tetapi perilaku mereka sehari-hari menunjukkan kebohongan mereka. Sepertinya mereka telah menemukan jalan lain menuju sorga bagi diri sendiri yang berbeda dengan yang mereka tunjukkan kepada orang lain. Lihatlah bagaimana hal ini digambarkan dan akhirnya dituduhkan kepada mereka dalam Roma 2:17-24. Mereka adalah orang-orang berdosa yang paling tidak bisa diampuni, karena mereka membiarkan diri sendiri melakukan dosa yang justru dicela oleh mereka sendiri dalam diri orang lain, atau bahkan mungkin dosa yang mereka lakukan itu lebih buruk lagi. Secara khusus hal ini ditujukan kepada para pelayan jahat, yang pasti akan mendapat ganjaran yang setimpal dengan orang-orang munafik (Mat. 24:51). Kemunafikan apa lagi yang lebih besar daripada menyuruh orang lain percaya dan melakukan, sedangkan diri sendiri tidak mau percaya dan tidak mematuhinya? Dengan perbuatan seperti itu, mereka menghancurkan apa yang telah mereka sampaikan dalam khotbah-khotbah. Ketika berdiri di atas mimbar, mereka berkhotbah dengan begitu indah sehingga terasa sayang bila mereka harus keluar, tetapi ketika berada di luar mimbar, hidup mereka begitu jahat, sehingga sangat disayangkan bahwa mereka pernah masuk dan melayani. Mereka seperti genta yang memanggil orang-orang datang beribadat, tetapi tetap tergantung sendirian di ketinggian, atau seperti mercu suar yang menunjukkan jalan bagi orang lain, dan tetap tegak berdiri sendirian. Orang-orang seperti ini akan dihakimi menurut perkataan mereka sendiri. Hal ini juga berlaku bagi semua orang lain yang mengajarkan kebenaran tetapi tidak melakukannya, yang hanya membuat pengakuan iman di luar saja dan tidak hidup sesuai pengakuan tersebut. Mereka juga membuat banyak janji-janji indah, tetapi tidak menepati janji-janji mereka. Mereka sarat dengan pembicaraan yang baik dan mampu menjelaskan semua hukum kepada orang lain, tetapi miskin dalam perbuatan baik. Mereka adalah pembicara-pembicara yang hebat, tetapi pelaku-pelaku yang payah. Kalau suara, suara Yakub; kalau tangan, tangan Esau. Vox et praeterea nihil -- hanya bunyi belaka. Mereka berkata dengan jelas, "Baik, bapa," tetapi tidak bisa dipercaya, karena tujuh kekejian ada di dalam hati mereka.
- . Mereka sangat keras dalam membebankan kepada orang lain hal-hal yang mereka sendiri tidak bersedia memikulnya (ay. 4). Mereka mengikat beban-beban berat, yang sukar ditanggung. Bukan hanya membebankan hal-hal teramat kecil dalam hukum Taurat yang disebut kuk (Kis. 15:10), dan mengharuskan orang menjalankan hukum tersebut dengan lebih ketat dan keras daripada yang dilakukan oleh Allah sendiri (padahal pepatah para ahli hukum mengatakan, Aspices juris son sunt jura -- hanya butir-butir hukum belaka, bukanlah hukum), tetapi juga menambah-nambahkan sesuatu yang lain pada firman Allah dan mereka-reka temuan dan adat istiadat mereka sendiri dengan memberikan hukuman yang sangat berat atas semua pelanggarannya. Mereka suka memamerkan kuasa mereka dan bertindak menguasai orang lain melebihi apa yang telah diwariskan Allah, sambil dalam hati berkata kepada orang lain, "Tunduklah supaya kami lewat menginjak kamu!" Saksikanlah betapa banyaknya tambahan yang mereka buat atas hukum perintah keempat, sehingga hari Sabat pun mereka ubah menjadi suatu beban berat bagi orang lain, padahal hari Sabat ini sebenarnya dirancang untuk menjadi hari sukacita bagi hati manusia. Demikianlah, dengan kekerasan dan kekejaman gembala-gembala memerintah kawanan domba dengan menginjak-nginjak mereka, seperti yang terjadi pada zaman dulu (Yeh. 34:4).
- Lihatlah kemunafikan mereka; Mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.
- (1) Mereka sendiri tidak mau melakukan hal-hal yang mereka bebankan kepada orang lain. Secara ketat mereka memaksa orang-orang untuk beribadah, tetapi mereka sendiri tidak mau terikat dengan hal-hal yang mereka paksakan itu. Secara sembunyi-sembunyi mereka melanggar adat istiadat mereka sendiri, yang mereka paksakan kepada masyarakat luas. Mereka memuaskan keangkuhan mereka dengan memberikan hukum Taurat kepada orang lain, tetapi memberikan keringanan kepada diri sendiri dalam menjalankan hukum itu. Seperti sindiran yang pernah timbul tentang para imam yang jahat, bahwa mereka berpuasa dengan anggur dan manisan, sementara mereka memaksa orang banyak berpuasa dengan roti dan air saja. Mereka juga memberi keringanan hukuman bagi diri sendiri dari aturan penebusan dosa yang mereka perintahkan kepada orang awam.
- (2) Mereka tidak mau meringankan beban orang banyak dari hal-hal ini, sekalipun mereka melihat bagaimana beban-beban itu mengimpit orang banyak itu. Mereka bisa mereka-reka cara untuk mencari kelonggaran dalam hukum Allah dan dengan begitu bisa membebaskan diri sendiri. Akan tetapi, untuk orang lain, mereka tidak mau mengurangi sedikit pun beban yang mereka telah tetapkan. Mereka tidak membolehkan adanya jalur hukum apa pun yang dapat meringankan beratnya hukum adat mereka. Betapa bertolak belakangnya hal ini dengan apa yang dilakukan oleh rasul-rasul Kristus, yang memperbolehkan orang lain menggunakan kemerdekaan Kristen untuk menolak hal-hal yang mereka tidak berkenan, demi terciptanya kedamaian dan kemajuan dalam jemaat! Mereka tidak akan menanggungkan lebih banyak beban selain hal-hal yang memang diperlukan, lagi pula beban mereka itu ringan (Kis. 15:28). Betapa berhati-hatinya Rasul Paulus meringankan beban tersebut kepada orang-orang yang ia surati (1Kor. 7:28; 9:12).
- . Semua hanya untuk pamer belaka, tidak ada yang penting untuk hidup keagamaan (ay. 5), Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang. Kita harus melakukan perbuatan baik supaya orang yang melihatnya memuliakan Allah. Kita tidak boleh memamerkan perbuatan baik itu dengan maksud agar orang lain bisa melihatnya dan kemudian meninggikan kita. Itulah yang dibenci oleh Juruselamat kita dalam diri orang Farisi pada umumnya, seperti yang telah Ia sampaikan sebelumnya dalam hal doa dan pemberian sedekah. Semua tujuan mereka adalah untuk dipuji orang. Sebab itu semua yang mereka lakukan dimaksudkan supaya dilihat orang, untuk membuat pertunjukan di dalam daging. Dalam hal menjalankan kewajiban-kewajiban agama supaya dilihat, tidak ada orang lain lagi yang bisa melebihi mereka. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan hubungan jiwa mereka dengan Allah, karena tidak ada renungan pribadi yang mereka lakukan dengan Dia, hati mereka dijauhkan dari Dia. Mereka mengingini suatu bentuk kesalehan hanya supaya mereka bisa memperoleh nama untuk hidup, dan karena itu mereka tidak mau menyusahkan diri sendiri dengan memikirkan kuasa kesalehan. Padahal hal inilah yang sebenarnya justru bisa memberikan hidup bagi mereka. Orang yang melakukan segala sesuatu hanya demi dilihat orang, pada dasarnya melakukan sesuatu tanpa tujuan.
- Tuhan Yesus menunjukkan dua hal yang mereka lakukan supaya dilihat orang.
- (1) Mereka memakai tali sembahyang yang lebar. Tali sembahyang itu adalah gulungan kertas atau kulit yang memuat kutipan empat paragraf hukum Taurat yang ditulis dengan sangat rapi dan indah (Kel. 13:2-11; 13:11-16; Ul. 6:4-9; 11:13-21). Tulisan ini dijahit di atas kulit dan dipakai pada dahi dan lengan kiri mereka. Ini adalah adat istiadat para leluhur mereka mengikuti Keluaran 13:9 dan Amsal 7:3. Tradisi ini tampaknya hanya bersifat kiasan, yang tiada lain hanya untuk menunjukkan bahwa kita harus menyimpan perkara-perkara Allah secermat mungkin di dalam pikiran kita, seolah-seolah perkara-perkara itu terus terlihat oleh mata kita. Nah, orang-orang Farisi membuat tali sembahyang itu menjadi lebih lebar, supaya dipandang lebih suci, lebih taat, dan lebih giat dalam menjalankan hukum Taurat daripada orang-orang lain. Memang sungguhlah mulia kalau kita giat berusaha supaya menjadi lebih suci melebihi orang lain, namun, kalau hal ini dilakukan untuk dilihat orang, maka ini hanyalah keinginan nafsu yang sombong saja. Memang baik untuk menjadi unggul dalam kesalehan yang sesungguhnya, tetapi janganlah untuk pamer saja. Karena mengerjakan sesuatu secara berlebihan pantas dianggap sebagai bermaksud buruk (Ams. 27:14). Orang munafik selalu meribut-ributkan hal-hal luar melebihi apa yang diperlukan ketika beribadah, yang tidak ada gunanya untuk memperbaiki atau untuk mengembangkan rasa kasih dan watak jiwa yang baik.
- (2) Mereka memakai jumbai yang panjang. Allah memerintahkan orang Israel untuk membuat jumbai-jumbai pada punca baju mereka (Bil. 15:38), untuk membedakan mereka dari bangsa-bangsa lain, dan untuk mengingatkan mereka tentang keberadaan mereka sebagai bangsa yang khusus. Tetapi orang-orang Farisi merasa tidak puas dengan hanya memakai jumbai-jumbai yang sama seperti yang dipakai orang lain, yang sebenarnya sudah sesuai dengan pola yang diperintahkan Tuhan kepada mereka. Mereka merasa harus memakai jumbai yang lebih besar dan panjang daripada yang biasa, untuk memenuhi hasrat hati mereka agar lebih diperhatikan sebagai orang yang lebih saleh daripada orang lain. Mereka yang memperbesar tali sembahyang dan jumbai-jumbai pada punca baju mereka, sementara hati mereka sangat kurang dan sangat miskin akan kasih kepada Allah dan sesama, pada akhirnya akan menipu diri sendiri, meskipun sekarang tampaknya mereka bisa menipu orang lain.
- . Mereka cenderung mencari ketenaran dan keunggulan, dan sangat menyombongkan diri dengan hal-hal ini. Kesombongan adalah dosa yang akrab menguasai orang-orang Farisi, dosa yang begitu merintangi mereka dan untuk mana Tuhan Yesus menggunakan setiap kesempatan untuk bersaksi guna menentang dosa tersebut.
- (1) Tuhan Yesus menguraikan kesombongan mereka (ay. 6-7).
- Mereka berusaha meraih dan menginginkan:
- [1] Tempat-tempat terhormat dan rasa hormat. Pada setiap kemunculan di depan umum, seperti di tempat perjamuan dan rumah ibadat, mereka mengharapkan dan mengharuskan, demi kesenangan hati mereka, tempat terhormat dan tempat utama. Ini juga berlaku dalam semua hal yang lain, dan hak yang lebih tinggi ini diberikan secara resmi kepada mereka, sebagai orang-orang terkemuka dan layak. Mudah dibayangkan betapa puasnya hati mereka menerima semua hal itu, karena mereka memang ingin menjadi orang terkemuka (3Yoh. 9). Yang dipersalahkan bukanlah soal duduk di tempat terhormat atau duduk di tempat utama (karena bagaimanapun harus ada seseorang yang duduk di tempat terhormat), tetapi kecintaan mereka untuk duduk di situ yang dipermasalahkan. Orang-orang seperti itu akan mengejar kehormatan dalam sepenggal acara resmi, seperti duduk di tempat terhormat, maju lebih dulu, menarik perhatian, dan menganggap diri layak untuk itu. Mereka berusaha keras memburunya dan merasa jengkel bila tidak mendapatkannya. Ini hanyalah tindakan memberhalakan diri sendiri, dengan tunduk sujud dan menyembahnya -- jenis penyembahan berhala yang paling buruk! Di mana saja, perbuatan semacam itu merupakan perbuatan yang buruk, terlebih lagi bila dilakukan di tempat ibadat. Begitulah, mencari kehormatan bagi diri sendiri, dan bukannya mempermuliakan Allah serta merendahkan hati kita di hadapan-Nya sebagaimana seharusnya, benar-benar merupakan tindakan menghujat Allah dan bukannya melayani Dia. Daud lebih suka berdiri di ambang pintu rumah Allah, begitu jauh hatinya dari mendambakan kursi terdepan yang ada di sana (Mzm. 84:11). Sangat kental aroma kesombongan dan kemunafikan pada orang-orang yang tidak memedulikan soal pergi berbakti ke rumah ibadat, kecuali bila mereka bisa tampil indah dan menjadi tokoh di sana.
- [2] Gelar untuk memperoleh kemuliaan dan kehormatan. Mereka suka menerima penghormatan di pasar, suka melihat orang mengangkat topi kepada mereka dan menunjukkan rasa hormat ketika berjumpa dengan mereka di jalanan. Oh, betapa hal itu menyukakan hati mereka, dan memuaskan perasaan mereka yang kosong, digito monstrari et dicier, Hic est -- supaya ditunjuk dan dikatakan, "Inilah dia orangnya," dan kemudian orang memberikan jalan bagi mereka di tengah kerumunan orang-orang di pasar, "Minggir, ada orang Farisi lewat!" Mereka juga suka disapa dengan gelar yang tinggi dan hebat, "Rabi, Rabi!" Seolah-olah hal ini menjadi seperti makanan dan minuman yang mewah dan lezat bagi mereka. Mereka merasa luar biasa puas dengan semuanya ini, seperti yang dilakukan Nebukadnezar di istananya ketika ia berkata, "Bukankah ini Babel besar yang telah kubangun?" Salam penghormatan itu sebenarnya tidaklah menonjol bila saja mereka tidak berdiri di pasar-pasar, di mana semua orang bisa melihat betapa besar penghormatan yang mereka terima dan betapa tingginya derajat mereka menurut pandangan orang banyak. Hanya beberapa waktu sebelum zaman Kristus, guru-guru Yahudi, para pemimpin Israel itu mulai menggunakan gelar, Rabbi, Rab, atau Rabban, guna menunjukkan sesuatu yang besar atau hebat, dan diartikan sebagai Guru, atau Tuanku. Mereka sangat menekankan kebesaran gelar itu, sampai-sampai ada aturan umum yang berlaku, "Barangsiapa menyalami gurunya, tetapi tidak menyapanya dengan Rabi, ia akan menyebabkan kemuliaan ilahi meninggalkan Israel." Begitu banyak bumbu agama yang mereka letakkan pada sesuatu yang sebenarnya hanyalah merupakan suatu aturan sopan santun belaka! Orang yang diajar dalam firman Allah memberikan rasa hormat kepada orang yang mengajarnya sudah melakukan perbuatan yang patut dipuji, tetapi seorang pengajar yang suka dihormati, suka menuntut, sangat menginginkannya, serta menjadi besar kepala dengan penghormatan itu dan menjadi jengkel bila dilupakan, telah melakukan perbuatan dosa yang buruk. Orang seperti itu, sebaiknya jangan mengajar, ia justru perlu belajar pelajaran pertama dalam sekolah Kristus, yaitu kerendahan hati.
- (2) Kristus memperingatkan murid-murid-Nya agar tidak menjadi seperti mereka, agar tidak meniru perbuatan mereka, "Tetapi kamu, janganlah kamu disebut begitu, janganlah mengikuti pengajaran mereka" (ay. 8 dst.).
- Berikut ini, kita membaca:
- [1] Larangan untuk sombong. Di sini murid-murid Kristus dilarang:
- Pertama, untuk tidak mencari gelar kehormatan dan kekuasaan bagi diri sendiri (ay. 8-10). Hal ini diulangi sampai dua kali, Janganlah kamu disebut Rabi; janganlah pula kamu disebut Pemimpin atau Penuntun. Ini tidaklah berarti bahwa kita dilarang untuk menghormati mereka yang memimpin kita di dalam Tuhan. Bukan, penghormatan memang harus kita tunjukkan kepada mereka, karena ini kewajiban kita.
- Namun:
- . Para pelayan Kristus tidak boleh ingin menggunakan sebutan Rabi atau Pemimpin untuk membedakan diri dari orang lain. Mereka yang mendambakan menerima kehormatan seperti yang ada di istana raja, tidak sepadan dengan kesederhanaan Injil.
- . Mereka tidak boleh menyombongkan wewenang dan kekuasaan yang terkandung di dalam nama-nama itu. Mereka tidak boleh menjadi pemerintah atau penguasa atas saudara-saudara mereka atau umat Allah, seolah-olah merekalah yang berkuasa atas iman orang-orang percaya, bahwa apa yang mereka terima dari Allah, itulah yang semua orang percaya harus terima melalui mereka. Mereka tidak boleh menjadikan pendapat atau kehendak sendiri sebagai peraturan dan patokan bagi orang lain untuk diakui dengan penuh kepatuhan.
- Alasan pelarangan ini adalah:
- Perhatikanlah:
- [1] Kristus adalah Pemimpin, Guru, dan Penuntun kita.
- [2] Hanya Kristus saja Pemimpin kita, para pelayan umat hanyalah pembimbing di dalam sekolah Kristus. Hanya Kristus saja Pemimpin, Nabi Besar yang harus kita dengar, yang memerintah dan berkuasa atas kita, yang firman-Nya harus menjadi penyataan dan hukum bagi kita. Aku berkata kepadamu dengan sebenar-benarnya, hal ini pasti cukup bagi kita. Bila Ia adalah Pemimpin kita satu-satunya, maka para pelayan-Nya yang berusaha menjadi diktator dan menuntut kekuasaan dan kemutlakan sudah lancang merebut kehormatan Kristus yang tidak akan pernah diberikan-Nya kepada orang lain.
- (2) Kamu semua adalah saudara. Para pelayan Tuhan bukan hanya menjadi saudara bagi sesama pelayan, tetapi juga bagi orang banyak. Oleh karena itu, jahatlah para pemimpin yang menguasai saudara-saudara mereka. Ya, bahkan kita semua ini adalah saudara-saudara yang lebih muda, karena bila tidak, si sulung akan menuntut yang terutama dalam keluhuran dan kesanggupan (Kej. 49:3). Untuk menghindari hal ini, maka Kristus sendiri menjadi yang sulung di antara banyak saudara (Rm. 8:29). Kamu semua adalah saudara, karena kamu semua adalah murid-murid dari Guru yang sama. Sesama murid adalah saudara, dan karena itu harus saling tolong-menolong dalam menyelesaikan pelajaran mereka. Dengan alasan apa pun, salah satu dari murid-murid itu tidak diperbolehkan menduduki kursi pemimpin dan menetapkan aturan kelompok. Bila kita semua adalah saudara, janganlah banyak di antara kita mau menjadi guru (Yak. 3:1).
- Kedua, murid-murid dilarang memakai gelar ini kepada orang lain (ay. 9); "Janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini. Jangan mengangkat siapa pun menjadi bapa dalam agamamu, baik itu sebagai pendiri, pencipta, pengurus, atau penguasa darinya." Ayah darah daging kita harus dipanggil ayah, dan mereka harus kita hormati, tetapi hanya Allah saja yang boleh kita jadikan Bapa roh kita (Ibr. 12:9). Agama kita tidak boleh berasal dari, atau dibuat bergantung pada seseorang. Kita dilahirkan kembali ke dalam kehidupan rohani dan ilahi, bukan dari benih yang fana, tetapi oleh firman Allah; bukan dari daging atau keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Sekarang, kalau keinginan seorang laki-laki bukan menjadi dasar keberadaan agama kita, maka keinginan seorang laki-laki juga tidak boleh menjadi aturannya. Kita tidak boleh jurare in verba magistri -- bersumpah pada ketentuan makhluk apa pun, juga bukan pada yang paling bijaksana atau terbaik, juga tidak boleh menggantungkan iman kita pada kekuatan seseorang, karena kita tidak tahu ke mana ia akan membawa kita. Rasul Paulus menyebut dirinya sendiri sebagai seorang bapa bagi mereka yang bertobat karena pemberitaannya (1Kor. 4:15; Flm. 10), tetapi ia tetap menganggap dirinya tidak memiliki kekuasaan atas mereka, dan hanya menggunakan gelar itu untuk menunjukkan kasih sayang, bukan untuk menguasai. Oleh karena itu, ia tidak menyebut mereka sebagai anak-anak yang dikuasainya, melainkan anak-anak yang dikasihinya (1Kor. 4:14).
- Alasan yang diberikan adalah, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga, dan yang adalah semua di dalam segala sesuatu dalam iman yang kita pegang. Ia adalah Sumber, Pendiri, Kehidupan, dan Tuhan dari segala sesuatu. Dari Dialah, sebagai yang Awal, kehidupan rohani kita berasal, dan hanya pada-Nyalah kehidupan rohani kita itu bergantung. Ia adalah Bapa segala terang (Yak. 1:17), satu Bapa, yang dari-Nya semua berasal, dan kita di dalam Dia (Ef. 4:6). Kristus telah mengajar kita untuk berkata, "Bapa kami yang di sorga," jadi janganlah kita menyebut siapa pun Bapa di bumi ini, siapa pun, karena manusia adalah berenga, dan anak manusia adalah ulat, yang dibentuk dari batu karang yang sama dengan kita, khususnya bukan di atas muka bumi ini, karena manusia di atas muka bumi ini adalah ulat yang penuh dosa. Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh, yang berbuat baik, dan tak pernah berbuat dosa, oleh karena itu, tak seorang pun layak disebut Bapa.
- [2] Ini adalah sebuah seruan untuk merendahkan hati dan menundukkan diri satu sama lain (ay. 11), barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Kita bukan hanya menyebut diri sendiri pelayan, tetapi juga harus berlaku demikian (karena kita tahu ada orang yang menyebut diri Servus servorum Dei -- Pelayan dari pelayan Allah, tetapi bertindak seperti Rabi, bapa, dan pemimpin; serta Dominus Deus noster -- Tuhan adalah Allah kami, tetapi ternyata tidak mengakuinya). Biarlah kita menjadikannya seperti sebuah janji, "Seseorang akan disebut terbesar dan tertinggi dalam pandangan Allah bila dia mau merendahkan dirinya dan melayani orang lain," atau sebagai suatu aturan umum, "Ia yang lebih maju dalam kemuliaan, kepercayaan, dan kehormatan di dalam jemaat, hendaklah ia menjadi pelayanmu" (beberapa naskah menerjemahkan esto untuk estai). "Janganlah ia mengira bahwa gelar kehormatannya merupakan alat untuk memperoleh kemudahan. Tidak. Barangsiapa yang terbesar, ia bukanlah seorang pemimpin, tetapi seorang pelayan." Rasul Paulus, yang mengetahui baik hak istimewa maupun tugasnya, sungguhpun ia bebas terhadap semua orang, namun ia menjadikan dirinya hamba dari semua orang (1Kor. 9:19). Tuhan kita sering menekankan hal ini kepada murid-murid-Nya agar tetap bersikap rendah hati dan menyangkal diri, lembut dan merendah, serta melimpah dalam semua karya kasih Kekristenan, meskipun tampak hina, sehina apa pun. Dan mengenai hal ini, Kristus sendiri telah memberikan contoh kepada kita semua.
- [3] Ada alasan yang baik untuk semuanya ini (ay. 12).
- Pikirkanlah baik-baik:
- Pertama, hukuman yang tersedia bagi mereka yang angkuh, barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan. Bila Allah membuat mereka bertobat, mereka sendiri akan merasa rendah dalam pandangan mereka sendiri, dan akan membenci diri sendiri karena kesombongan mereka itu. Tetapi, bila mereka tidak bertobat, cepat atau lambat, mereka akan direndahkan di hadapan dunia ini. Nebukadnezar, pada puncak kesombongannya, dijadikan sama seperti seekor binatang. Herodes menjadi makanan pesta bagi cacing-cacing. Babel, yang duduk bagai seorang ratu, menjadi ejekan bangsa-bangsa. Allah membuat para imam yang angkuh dan berkeinginan tinggi menjadi hina dan keji (Mal. 2:9), dan nabi yang mengajarkan dusta akan menjadi ekor (Yes. 9:14). Bila orang-orang yang meninggikan diri tidak menunjukkan kerendahan hati di dunia ini, akan tiba saatnya mereka akan dibangkitkan untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal (Dan. 12:2). Orang-orang yang berbuat congkak diganjar-Nya dengan tidak tanggung-tanggung (Mzm. 31:24).
- Kedua, kedudukan yang tinggi bagi orang-orang yang rendah hati, barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. Kerendahan hati merupakan perhiasan yang sangat berharga di mata Allah. Di dunia ini, orang-orang yang rendah hati memiliki kehormatan untuk diterima oleh Allah yang kudus, dan dihormati oleh orang-orang bijak dan baik. Mereka menjadi orang-orang yang memenuhi syarat dan sering dipanggil untuk melakukan pelayanan-pelayanan terhormat. Kehormatan itu seperti bayang-bayang, yang akan lari dari mereka yang mengejar dan mencoba menangkapnya, tetapi akan mengikuti mereka yang meninggalkannya. Selain itu, di dunia lain, mereka yang merendahkan diri dalam kesedihan yang mendalam akibat dosa-dosa mereka, sesuai dengan kehendak Allah, dan sikap rendah hati terhadap saudara-saudara mereka, akan ditinggikan untuk mewarisi takhta kemuliaan. Mereka bukan saja akan diakui, tetapi juga dimahkotai di hadapan para malaikat dan manusia.
SH: Mat 23:1-12 - Pemain sandiwara. (Selasa, 31 Maret 1998) Pemain sandiwara.
Banyak kelebihan orang Farisi dan ahli Taurat. Tuhan Yesus tak segan mengakui bahwa ajaran mereka tentang Taurat harus didengar ole...
Pemain sandiwara.
Banyak kelebihan orang Farisi dan ahli Taurat. Tuhan Yesus tak segan mengakui bahwa ajaran mereka tentang Taurat harus didengar oleh para pengikut-Nya. Ketekunan dan kesetiaan mereka mengajarkan hukum-hukum Tuhan itu sedemikian cermat sampai dijuluki menduduki kursi Musa. Sayangnya mereka sendiri tidak melakukan yang mereka ajarkan. Mereka tepat disebut sebagai aktor rohani (ayat 5-10). Mereka tidak patut disebut rabbi sebab tidak memberlakukan kebenaran yang mereka ketahui dan ajarkan kepada orang lain lebih dulu pada diri sendiri.
Belajar pada Allah. Pemimpin yang benar adalah pemimpin yang lebih dulu dipimpin Allah baru kemudian memimpin orang lain. Guru rohani yang benar pun demikian. Lebih dari sekadar tahu kebenaran sebagai pengetahuan, guru rohani harus lebih dulu tahu kebenaran sebagai pengalaman dan penghayatan nyata. Pemimpin dan guru yang demikian akan bersikap rendah hati dan tunduk kepada Allah; dan memandu umat Tuhan untuk mengasihi dan menaati Allah saja.
Renungkan: Imani dan ikuti Yesus Kristus, Pemimpin dan Guru sejati yang memungkinkan kita menaati hukum Allah.
Doa: Ya Tuhan, pimpinlah aku sedemikian rupa sehingga keteladanan dan kepemimpinan mengalir wajar dari dalam hidupku.
SH: Mat 23:1-22 - Doktrin tanpa aplikasi adalah pengetahuan yang gersang (1) (Rabu, 7 Maret 2001) Doktrin tanpa aplikasi adalah pengetahuan yang gersang (1)
Lebih banyak orang pintar daripada orang baik. Demikian
pula di kalangan para pemimpin ro...
Doktrin tanpa aplikasi adalah pengetahuan yang gersang (1)
Lebih banyak orang pintar daripada orang baik. Demikian pula di kalangan para pemimpin rohani, terlebih mudah kita mencari hamba Tuhan yang pandai di mimbar daripada yang kaya teladan hidup rohani. Seringkali kita mendengar semakin dekat seorang bergaul dengan hamba Tuhan, semakin ia kecewa dengan kemunafikannya, karena apa yang diperbuat tidak sesuai dengan apa yang dikatakan.
Yesus mengenal dengan baik bagaimana kehidupan para pemimpin agama Yahudi: penindas (4), haus pujian (5), gila hormat (6-7), munafik dan batu sandungan (13-15), dan membuat peraturan rohani yang tidak benar (16-22). Mereka yang seharusnya menjadi panutan ternyata memakai topeng kesucian rohani untuk menyelubungi kebobrokan dan kemunafikan. Maka Yesus memperingatkan para murid- Nya untuk tidak mencontoh mereka (3) dan mengajarkan bagaimana seharusnya dedikasi murid-murid-Nya (8-10). Prinsip kebenaran bagi murid-murid-Nya bertolak belakang dengan prinsip dunia yang mengajarkan bahwa semakin tinggi kedudukan semakin dihormati dan ditinggikan (11- 12). Prinsip inilah yang seharusnya mendasari kehidupan para pemimpin rohani, bukan jabatan dunia yang penting tetapi jabatan di mata Allah yang diraih melalui kerendahan hati dan kesediaan direndahkan. Semakin seorang murid belajar bagaimana menyangkal keakuan dan kehormatan diri, maka dia akan semakin meninggikan Yesus, Gurunya. Seorang pelayan menyediakan dirinya melakukan segala pekerjaan demi menyenangkan tuannya, demikianlah seorang pelayan Tuhan yang berdedikasi kerendahan hati.
Tepat sekali bila Yesus berkali-kali menggunakan kata 'celakalah' untuk mengecam para pemimpin agama Yahudi. Sepertinya memang tidak ada lagi kata lain yang lebih tepat. Akibat perbuatan mereka yang paling fatal adalah menghalangi orang-orang masuk Kerajaan Sorga (13), karena mereka bukan membawa orang percaya kepada Yesus tetapi kepada diri mereka sendiri (15). Allah sendiri yang akan menghukum mereka karena penyesatan yang telah mereka lakukan.
Renungkan: Kesombongan rohani karena memiliki pengetahuan doktrin yang mendalam tanpa aplikasi hidup sesuai firman Tuhan, akan membawa jemaat dan diri sendiri tersesat dari jalan kehidupan kekal.
SH: Mat 23:1-15 - Yesus membongkar kepalsuan (Jumat, 4 Maret 2005) Yesus membongkar kepalsuan
Tuhan Yesus kini mempertentangkan orang Farisi dan para pemimpin
agama dengan fakta-fakta kebobrokan mereka. Ia seben...
Yesus membongkar kepalsuan
Tuhan Yesus kini mempertentangkan orang Farisi dan para pemimpin
agama dengan fakta-fakta kebobrokan mereka. Ia sebenarnya
menghargai posisi ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Ia bahkan
menganjurkan para murid-Nya untuk menerima dan melakukan ajaran
mereka (ayat 3). Yang Ia persoalkan di sini adalah sikap hidup
mereka. Pengajar yang benar di hadapan Tuhan adalah mereka yang
bukan hanya mengajar orang lain melainkan juga mengajar diri
sendiri, sehingga totalitas kehidupan mereka menjadi pengajaran
yang hidup. Pengajar yang baik bersedia menanggung beban yang
berat di atas bahu sendiri, bukan justru meletakkannya pada bahu
orang lain.
Orang-orang Farisi itu bukan hanya tidak melakukan apa yang mereka ajarkan (ayat 4), mereka menjalankan segala kegiatan rohani bukan untuk Allah, melainkan untuk dipuji manusia (ayat 5-7). Di balik kegiatan rohani mereka terselubung keinginan untuk beroleh hormat dan pujian (ayat 8). Sikap demikian merusak hakikat agama. Kerohanian dan kegiatan ibadah masih mereka lakukan, namun motivasinya adalah penyembahan diri sendiri. Seharusnya keagamaan yang sejati adalah hidup di hadapan Allah, entah dilihat manusia atau tidak. Hidup demikian menghasilkan penghormatan sejati kepada Allah. Orang demikian tidak akan menyesuaikan kerohanian dengan pendapat manusia.
Pemimpin rohani tidak boleh menuntut disebut Rabi (ayat 8) dan orang yang dipimpin harus menjauhi pemberian hormat berlebihan kepada pemimpin (ayat 9). Pemimpin sejati harus belajar menjadi murid, rendah hati, serta tunduk ke bawah otoritas Allah sebagai kekuatan kepemimpinannya. Kultus individu tidak saja mengancam dunia politik, lebih lagi ia merupakan bahaya laten dalam kerohanian.
Renungkan: Baik pemimpin maupun umat harus menjaga bahwa kehormatan adalah milik Tuhan dan pengaruh dalam kepemimpinan adalah karunia Allah yang harus dijalani dalam sikap hamba bukan sikap tuan.
SH: Mat 23:1-12 - Pemimpin yang berintegritas (Minggu, 14 Maret 2010) Pemimpin yang berintegritas
Yesus menunjukkan sikap yang positif terhadap Taurat. Yesus juga
mengakui Musa adalah tokoh penting dalam kaitannya ...
Pemimpin yang berintegritas
Yesus menunjukkan sikap yang positif terhadap Taurat. Yesus juga mengakui Musa adalah tokoh penting dalam kaitannya dengan Taurat (ayat 2). Karenanya Yesus juga memberikan pembenaran terhadap isi Taurat (ayat 3).
Yesus tidak menentang posisi ahli Taurat dan orang Farisi yang menduduki kursi Musa. Yang Yesus tentang adalah sikap dan perbuatan mereka pada masa itu (ayat 2-3). Ada dua hal yang ditentang oleh Yesus. Sikap yang pertama dalam bahasa modern adalah NATO (No Action, Talk Only). Ahli Taurat dan orang Farisi sangat lihai mengajar Taurat, namun mereka tidak melakukan dan menghidupinya (ayat 3-4). Ajaran mereka palsu; hidup mereka sangat jauh dari apa yang mereka ajarkan. Mereka tidak berintegritas.
Sikap yang kedua juga dikenal di dalam bahasa gaul modern sebagai carmuk alias `cari muka' (ayat 5). Apa yang para ahli Taurat dan orang Farisi lakukan dimotivasi untuk mendapatkan pujian dari orang lain (ay. 5-7). Mereka berlomba-lomba menjadi rabi, bapa, dan pemimpin `nomor satu' (ayat 8-10). Bahkan perbuatan yang baik, tidak mereka lakukan dengan ketulusan, melainkan dengan ambisi kesombongan terselubung untuk menjadi yang terkemuka. Itu sebabnya pada ayat 11-12, Yesus menggambarkan dua karakter utama kepemimpinan kristiani, yaitu yang sungguh melayani dan yang rendah hati.
Di tengah zaman yang sangat bergejolak ini, orang Kristen dipanggil menjadi pemimpin yang berintegritas. Pertama, pemimpin yang melakukan dan menghidupi apa yang dia ajarkan. Kedua, pemimpin yang sungguh melayani dan rendah hati, yang melakukan segala sesuatu dengan motivasi yang tulus, bukan untuk dipuji orang dan mencari kedudukan. Semakin tinggi posisi kepemimpinan yang dipercayakan Tuhan kepada kita, baik itu di dalam keluarga, pekerjaan, pelayanan, dan bagian kehidupan lainnya, marilah kita melakukan introspeksi diri: Apakah aku seorang pemimpin kristiani yang berintegritas?
SH: Mat 23:1-12 - Pelayan atau pemimpin? (Senin, 11 Maret 2013) Pelayan atau pemimpin?
Kritik tajam Yesus terhadap ahli Taurat dan orang Farisi telah disalahgunakan oleh kekristenan di barat selama berabad-abad un...
Pelayan atau pemimpin?
Kritik tajam Yesus terhadap ahli Taurat dan orang Farisi telah disalahgunakan oleh kekristenan di barat selama berabad-abad untuk mendiskreditkan orang Yahudi. Sepertinya Matius 23 ini bernuansa "antisemitis." Seharusnya tidak demikian. Kritik tajam Yesus bukan ditujukan pada jabatan atau peran pemimpin agama Yahudi, tetapi kepada pelaku-pelaku jabatan tersebut. Mereka adalah oknum yang menodai jabatan yang mulia. Itu sebabnya, Yesus mengatakan, secara jabatan mereka duduk di kursi Musa (2), memiliki otoritas yang patut dihormati. Ajaran mereka patut dituruti, tetapi tingkah laku mereka jangan (3). Kritik Yesus ini harus dilihat sebagai kritik yang sehat, yang bisa diberlakukan kepada orang-orang yang melayani di berbagai lembaga pelayanan dengan jabatan-jabatannya.
Apa saja kritik Yesus terhadap pemuka agama Yahudi? Pertama, mereka tidak mempraktikkan apa yang mereka khotbahkan (3). Mereka munafik! Kedua, mereka tidak bersedia melakukan apa yang mereka perintahkan kepada para pengikutnya (4). Ketiga, mereka senang menonjolkan diri (5). Pelayanan mereka jelas bermotivasikan kepentingan diri sendiri. Keempat, mereka suka menerima penghormatan dari orang dan senang mendapatkan gelar-gelar prestise, seperti rabi (6-10). Dengan kata lain, mereka gila hormat dan merampas kemuliaan Tuhan, Sang Empunya pelayanan! Kelima, mereka salah mengerti prinsip pelayanan (11-12). Orientasi pelayanan mereka adalah diri sendiri!
Apakah kritik Yesus ini bisa diterapkan pada kepemimpinan Kristen masa kini? Jelas bisa! Yang paling krusial ialah salah mengerti prinsip dan motivasi pelayanan. Pelayanan dilihat sebagai kesempatan untuk memperkaya diri, baik dari materi maupun dari prestise. Mari jadikan kritik Yesus sebagai autokritik pelayanan dan kepemimpinan kita. Kita perlu bertobat dari motivasi yang keliru dalam melayani. Kita perlu belajar dari teladan Yesus: Melayani berarti merendahkan diri sebagai pelayan demi sesama manusia, menjadi teladan untuk apa yang kita harapkan pengikut kita melakukannya!
SH: Mat 23:1-15 - Pemimpin, antara Status dan Teladan (Rabu, 22 Maret 2017) Pemimpin, antara Status dan Teladan
Pemimpin tidak hanya soal status, tetapi juga teladan. Keteladanan seorang pemimpin merupakan bukti tak terbantah...
Pemimpin, antara Status dan Teladan
Pemimpin tidak hanya soal status, tetapi juga teladan. Keteladanan seorang pemimpin merupakan bukti tak terbantahkan bahwa mereka memang pantas diikuti dan dihormati.
Sampai saat ini, rumah ibadah orang Yahudi selalu ada kursi besar di samping mimbar. Hanya para rabi atau orang yang akan menyampaikan khotbah yang berhak duduk di sana. Mereka menyebutnya sebagai kursi Musa. Jika seseorang duduk di kursi Musa saat ada pertemuan umat, hal itu merupakan pengakuan status sebagai guru atau pengajar rohani (atau rabi), ahli Taurat, maupun pemimpin umat. Karena susah memperlihatkan kapasitas dan kualitas seorang pemimpin, maka cara paling gampang menampilkan diri sebagai seorang rabi adalah dengan mengenakan pakaian khas, dengan tali sembahyang lebar dan jumbai yang panjang (bdk.Bil.15:38-39). Untuk mendapat pengakuan publik, mereka suka duduk di tempat terhormat atau terdepan, suka disebut sebagai rabi, berdoa berpanjang-panjang, dan menderetkan jasa-jasanya.
Yesus mengingatkan bahwa kemunafikan agama yang dipertontonkan para pemimpin tersebut merupakan kejahatan di mata Allah. Mereka mengajarkan orang lain tentang hal-hal rohani, namun diri sendiri tidak melakukannya. Mereka bermegah satu sama lain dengan aksesoris yang dibuat-buat. Suka mencari pujian dan menghindar untuk melayani orang lain. Yesus sangat menentang model kepemimpinan munafik yang dipelihara secara kolusif oleh golongan elite rohaniwan untuk mengelabui rakyat demi kepentingan pribadi mereka. Kepemimpinan seperti itu sesat dan menyesatkan.
Pemimpin yang baik dapat menjadi teladan bagi rakyatnya. Sebab, kehidupan dan perilaku pemimpin akan selalu menjadi sorotan dan perbincangan orang. Kesediaan untuk merendahkan diri dan melayani adalah keutamaan lain yang membuat seorang pemimpin dihormati dan dicintai rakyatnya. Karena itu, wibawa pemimpin mustahil diperoleh tanpa membuktikan bahwa dia sudah bisa memberi teladan dalam hidup sehari-hari. [YTP]
SH: Mat 23:1-12 - Humble Heart (Rabu, 22 Maret 2023) Humble Heart
Orang yang menghidupi tradisi agama belum tentu adalah orang yang betul-betul religius. Orang tidak religius sekalipun bisa melakukan pr...
Humble Heart
Orang yang menghidupi tradisi agama belum tentu adalah orang yang betul-betul religius. Orang tidak religius sekalipun bisa melakukan praktik agama seperti berpakaian khusus, berdoa, beribadah rutin, memegang jabatan tertentu di tempat ibadah, mengutip Kitab Suci, bahkan mengajar dan menasihati orang lain dengan firman Tuhan.
Kita pasti ingin mengikuti orang yang betul-betul religius, bukan yang hanya kelihatannya religius. Yesus mengkritik ahli Taurat dan orang Farisi yang mengikuti tradisi agama hanya supaya dapat dilihat dan diakui orang lain (5a).
Mereka mengenakan tali sembahyang (tefillin), yaitu kotak berisi ayat yang diikatkan di dahi dan di tangan untuk mengingatkan mereka akan hukum Tuhan setiap hari (Kel. 13:9, 16). Mereka juga mengenakan jumbai dengan benang ungu kebiruan di ujung jubah mereka yang mengingatkan mereka akan perintah Tuhan (5; Bil. 15:38-40). Sayangnya, apa yang mereka sukai bukan Tuhan atau firman-Nya, melainkan penghormatan dari masyarakat (6-7).
Yesus sungguh-sungguh mengkritik ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu. Mereka mengatasnamakan Tuhan untuk membuat hidup orang lain menjadi berat dengan berbagai aturan Taurat yang sangat ketat. Ironisnya, mereka sama sekali tidak mau menyentuh sedikit pun apa yang mereka ajarkan (3b-4).
Walaupun demikian, Yesus tetap mengajarkan kepada kita untuk mendengarkan dan mempraktikkan ajaran mereka yang baik (3a). Namun, kita perlu bersikap kritis terhadap perbuatan mereka yang jahat dan tidak melakukan kesalahan yang sama. Perlu kedewasaan dan kerendahhatian untuk dapat melakukan yang Yesus minta.
Kiranya kita menjadi orang yang benar-benar religius, bukan sekadar orang yang terlihat religius. Kiranya kita juga selalu kritis dalam menerima ajaran yang benar dan menghindari cara hidup yang salah dari orang yang mengajarkannya. Mari kita meminta kerendahhatian kepada Allah dan juga anugerah-Nya agar kita dapat mendengarkan dan menaati segala firman-Nya dengan benar. [JHN]
TFTWMS -> Mat 23:1-4
TFTWMS: Mat 23:1-4 - Meminta Orang Lain Taat Sementara Diri Sendiri Tidak Taat MEMINTA ORANG LAIN TAAT SEMENTARA DIRI SENDIRI TIDAK TAAT (Matius 23:1-4)
1 Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kat...
MEMINTA ORANG LAIN TAAT SEMENTARA DIRI SENDIRI TIDAK TAAT (Matius 23:1-4)
1 Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya 2 "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. 3 Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. 4 Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.
Ayat 1. Yesus menyampaikan ceramah ini di dalam bait suci kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya. Kelihatannya, hari itu masih hari Selasa dalam Minggu Sengsara. Dalam Lukas, perkataan Yesus yang serupa dicatat, dalam konteks makan malam dengan seorang Farisi (Luk. 11:37-52). Kadang-kadang Yesus sendiri melakukan pengulangan, mengubah sedikit pesan-Nya untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang mendengarkan Dia.
Ayat 2. Yesus mengungkap kemunafikan para pemimpin Yahudi itu, yang seharusnya menuntun orang-orang itu kepada pertobatan untuk menyambut kedatangan kerajaan Allah. Orang-orang ini telah menolak nabi Allah (Yohanes Pembaptis) dan Mesias-Nya (Yesus). Akibatnya, pengaruh negatif mereka itu menyebabkan orang banyak itu menolak kehendak Allah. Ahli-ahli Taurat awalnya adalah pejabat pemerintah yang bertanggung jawab atas pelbagai dokumen hukum (1 Taw. 24:6). Pada zaman pra-pembuangan istilah ini tidak memiliki penerapan agama. Namun begitu, selama pembuangan itu muncul satu kelas khusus ahli-ahli Taurat. Orang-orang ini dikhususkan untuk menafsirkan dan mengajarkan hukum Taurat. Ezra masuk kelompok ini (Ezra 7:6, 11, 12; Neh. 8:1, 4, 9, 13; 12:26, 36). Ahli-ahli Kitab memperoleh pengetahuan mereka dengan menghabiskan waktu yang cukup lama bersama Kitab Suci sambil mereka menyalin Kitab Suci itu dengan tangan (lihat komentar tentang 2:4).
Kapan tepatnya orang-orang Farisi ini muncul tidaklah diketahui, tetapi sekte itu tampaknya sudah muncul pada zaman Antiokhus Epifanes yang bengis, raja tiran Siria yang berusaha melenyapkan Yudaisme pada abad kedua sebelum Masehi. Ia mencoba untuk me-Yunani-kan Israel, terutama di Yerusalem, pusat Yudaisme.2Pasukan Antiokhus pada akhirnya diusir oleh pemberontakan Makabis. Di bawah kepemimpinan Yudas Makabis, yang dikenal sebagai "Palu" ("Makabis" berarti "palu"), Yerusalem direbut kembali dan bait suci disucikan.3Selama masa-masa penting ini, orang-orang Farisi memisahkan diri mereka dari orang-orang Yahudi lainnya. Meskipun mereka berusaha mengikuti hukum Taurat secara terperinci, mereka tidak pernah menjadi kelompok besar. Namun begitu, lama-kelamaan mereka menjadi sangat berpengaruh di kalangan masyarakat (lihat komentar tentang 3:7).
Sulit untuk memisahkan para ahli Taurat dari orang-orang Farisi, karena sebagian besar ahli-ahli Taurat adalah orang-orang Farisi. Yesus sering, seperti dalam konteks ini, mengaitkan mereka bersama (5:20; 12:38; 15:1). Karena banyaknya kecaman yang diberikan dalam pasal 23, kita sering mencap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu sebagai orang jahat. Namun begitu, beberapa orang Farisi yang mengabdi kepada Allah memiliki hati yang terbuka bagi Yesus dan berita-Nya (Mrk. 12:32-34; Luk. 7:36; 13:31; Yoh. 3:1, 2; Kisah 15:5). Namun demikian, Yesus mengungkapkan bahwa sebagian besar dari mereka adalah sombong, orang-orang legalis yang munafik.
Tulisan-tulisan rabi yang belakangan juga menunjukkan kecenderungan terhadap kemunafikan di antara orang-orang Farisi. Talmud Yerusalem mengelompokkan tujuh jenis orang Farisi:
- 1. "Farisi-bahu" membawa di bahu mereka pelbagai perbuatan agama yang telah dilakukan [untuk dilihat semua orang].
- 2. "Farisi-tunggu sebentar"—"Tunggu sebentar, jadi saya bisa pergi dan melakukan perbuatan agama."
- 3. "Farisi-tukang hitung"—Ia melakukan satu perbuatan yang merupakan pelanggaran dan satu perbuatan yang merupakan kewajiban agama, dan kemudian ia menyeimbangkan perbuatan yang satu dengan perbuatan yang lainnya.
- 4. "Farisi-kikir"—"Siapa yang akan menunjukkan kepadaku bagaimana saya dapat menghemat sehingga saya bisa melakukan perbuatan agama."
- 5. "Farisi-tunjukan-padaku-kesalahanku"—"Tunjukkan kepadaku dosa apa yang telah kulakukan, dan aku akan melakukan kewajiban agama yang setara."
- 6. "Farisi-yang takut," yaitu, takut kepada Allah.
- 7. "Farisi-yang mengasihi," yaitu mengasihi Allah.4
Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi [kaqe÷dra, kathedra] Musa. Rabi-rabi Yahudi biasanya duduk ketika mengajar (lihat 5:1; 13:2; 24:3; 26:55; Luk. 4:20). Beberapa sinagoga sebenarnya memiliki kursi yang disebut "Kursi Musa." Kursi seperti itu, yang terbuat dari marmer atau batu, telah ditemukan di berbagai tempat: pulau Delos di Yunani, Dura Europas di Siria, dan Hammat Tiberias, Khorazim, dan En Gedi di Israel.5Rabi-rabi yang terhormat tentunya duduk di kursi Musa, kursi otoritas keagamaan yang terkenal, sewaktu mengajar jemaat. Tidak ada instruksi Alkitab dalam Perjanjian Lama yang diberikan untuk penetapan seperti itu. Itu adalah jabatan yang orang-orang Yahudi ciptakan sendiri. Namun begitu, Yesus mengakui dan menghormati ajaran apa saja dari orang-orang Yahudi itu yang sejalan dengan Firman Allah.
Ayat 3. Yesus memberitahu orang banyak dan murid-murid-Nya untuk mendengarkan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dan melakukan apa yang mereka ajarkan, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka. Yesus sering menentang ajaran orang-orang Farisi (5:17-48; 12:1-8; 15:1-20; 16:5-12; 19:1-12). Oleh karena itu, ketika Ia menyuruh melakukan ajaran mereka, Ia bermaksud bahwa mereka harus mematuhi instruksi mereka selama itu sesuai dengan hukum Musa.
Definisi terbaik untuk "munafik" diberikan oleh Yesus, ketika Ia berkata, "mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya." Alkitab NIV menulis "Mereka tidak mempraktikkan apa yang mereka khotbahkan." Dengan tema yang sama ini, Paulus menulis, Tetapi, jika kamu menyebut dirimu orang Yahudi dan bersandar kepada hukum Taurat, bermegah dalam Allah, dan tahu akan kehendak-Nya, dan oleh karena diajar dalam hukum Taurat, dapat tahu mana yang baik dan mana yang tidak, dan yakin, bahwa engkau adalah penuntun orang buta dan terang bagi mereka yang di dalam kegelapan, pendidik orang bodoh, dan pengajar orang yang belum dewasa, karena dalam hukum Taurat engkau memiliki kegenapan segala kepandaian dan kebenaran. Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar: "Jangan mencuri," mengapa engkau sendiri mencuri? Engkau yang berkata: "Jangan berzinah," mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala? Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu? (Rom. 2:17-23).
Ayat 4. Yesus memberikan beberapa ilustrasi kemunafikan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Pertama, Ia berkata, "Mereka mengikat beban-beban berat,6lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya." Latar belakang gambaran ini berasal dari kehidupan umum di zaman itu. Leon Morris menggambarkannya:
Mengikat beban menunjuk kepada tindakan menyiapkan beban yang mungkin melibatkan binatang atau budak untuk membawanya; beban itu harus diikat ke dalam kemasan yang aman sebelum dibawa pergi. Tapi pekerjaan ini bisa dilakukan sembarangan, yang mana beban itu mungkin menjadi berat dan menyulitkan—sulit dibawa dan juga berat.7
"Beban berat" adalah banyaknya aturan, peraturan, dan pembatasan yang mereka telah tambahkan kepada hukum Taurat. Hukum lisan ini, yang diyakini oleh banyak orang Yahudi sebagai berasal dari Allah, jauh lebih memberatkan dibandingkan hukum Taurat itu sendiri (lihat Kisah 15:10). Sebagai contoh, sungguh luar biasa bagaimana pernyataan sederhana "Ingat dan kuduskanlah hari Sabat" (Kel. 20:8) bisa dibuat menjadi beban.8Rabi-rabi Yahudi telah mengarang banyak kitab untuk mengatur istirahat pada hari ketujuh. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dikecam karena melanggar hari Sabat, kecaman mereka itu tidak mengacu kepada hukum Allah, tetapi kepada tradisi buatan manusia yang telah berkembang selama berabad-abad (12:1-8; lihat Yoh. 5:5-13). Umat itu dihukum karena melanggar yang mana saja dari aturan atau peraturan itu, namun orang-orang legalis ini tidak mau mengangkat salah satu dari beban itu dengan jari mereka. Mereka jauh lebih baik dalam memberitahu orang lain tentang apa yang harus dilakukan daripada mereka sendiri melakukan hal itu.
Gagasan tentang mengikat dan melepaskan muncul sebelumnya dalam Matius mengenai Petrus dan para rasul lainnya (lihat komentar tentang 16:19; 18:18). Perbedaan utamanya adalah bahwa aturan yang diikat oleh para rasul diilhami oleh Roh Kudus, sedangkan yang dari orang-orang Farisi adalah buatan manusia. Yesus juga sangat berbeda dengan para pemimpin Yahudi itu. Beban mereka itu sulit dan berat, tetapi Yesus dengan jelas menyatakan, "kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan" (11:30).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Minggu Sengsara SANG RAJA 23:1-12
Peringatan-Nya Kepada Kepemimpinan
Tiga pasal berikutnya dalam Matius, 23 sampai 25, terdiri dari bagian p...
Matius: Minggu Sengsara SANG RAJA 23:1-12
Peringatan-Nya Kepada Kepemimpinan
Tiga pasal berikutnya dalam Matius, 23 sampai 25, terdiri dari bagian pengajaran yang kelima dan terakhir. Pembagian yang penting atas injil ini berakhir dengan perkataan khas, "Setelah Yesus selesai dengan segala pengajaran-Nya itu" (26:1; lihat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1). Bagian itu berisi ceramah umum terakhir Tuhan yang dicatat (pasal 23) dan ceramah pribadi yang diberikan kepada murid-murid-Nya (pasal 24, 25). Kedua pembicaraan itu dijalin bersama dengan pelbagai acuan kepada kehancuran Yerusalem dan penghakiman terakhir.
Pasal 22 berakhir dengan ringkasan, "Tidak ada seorangpun yang dapat menjawab-Nya, dan sejak hari itu tidak ada seorangpun juga yang berani menanyakan sesuatu kepada-Nya" (22:46). Pernyataan ini jelas diberikan mengenai para pemimpin Yahudi. Karena mereka tidak akan berbicara lagi dengan Dia, maka Ia berbicara kepada orang banyak dan murid-murid-Nya (23:1). Ia bisa berbicara tentang banyak topik; tapi setelah apa yang baru saja Ia alami, Ia memilih membicarakan ajaran dan perilaku para pemimpin Yahudi, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Niat Yesus, seperti yang R. T. France sudah ulas, adalah untuk mengekspos orang-orang ini dalam rangka menantang pendengar-Nya untuk melepaskan diri dari belenggu legalisme Farisi.1
Pesan Yesus dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, Ia mendesak orang banyak itu untuk mengikuti ajaran para ahli Taurat dan orang-orang Farisi sejauh mereka mengajarkan hukum Musa dengan benar (23:1-12); tetapi Ia memperingatkan mereka untuk jangan meniru perilaku cara hidup para pemimpin ini. Mereka adalah orang-orang munafik karena mereka tidak mempraktikkan apa yang mereka ajarkan. Yesus memberikan gambaran yang berisi pelbagai hal di mana hal itu adalah benar. Kedua, Ia mengucapkan tujuh celaka kepada mereka atas perilaku munafik mereka (23:13-36). Ketiga, Ia bersedih atas kota Yerusalem oleh karena orang banyak itu menolak Dia dan karena Ia bisa melihat masa depan mereka turun ke atas mereka (23:37-39). Pada tahun 70 Masehi, bangsa Roma akan menghancurkan kota itu.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) AGAMA SEJATI (Matius 23)
Matius 23 sering disebut "Pasal Celaka" oleh karena Yesus menggunakan istilah itu (23:13, 14, 15, 16, 23, 25, 27, ...
AGAMA SEJATI (Matius 23)
Matius 23 sering disebut "Pasal Celaka" oleh karena Yesus menggunakan istilah itu (23:13, 14, 15, 16, 23, 25, 27, 29). Kata oujai (ouai), yang diterjemahkan "celaka," menunjukkan kesedihan Tuhan atas keadaan rohani dari para pemimpin Yahudi, serta penghakiman yang dijanjikan yang akan menimpa mereka. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang adalah orang yang agamis dan sangat giat, tapi mereka tidak memi- liki pelbagai kualitas yang berkenan kepada Allah. Lima pelajaran tentang agama sejati dapat diperoleh dari pasal ini.
- 1. Sebuah tindakan bisa saja agamis namun tidak benar (23:1-12). Orang-orang Farisi melakukan banyak tindakan agama, tapi seringkali hal ini dilakukan hanya untuk dilihat oleh manusia. Mereka melebarkan tali-tali sembahyang mereka dan memperpanjang jumbai pakaian mereka. Mereka menyukai jabatan mengajar yang memiliki kuasa dan semua fasilitas yang dihasilkan dari jabatan itu, termasuk tempat terhormat dan gelar-gelar kehormatan. Motif di balik tindakan mereka itu mementahkan pelbagai tindakan itu.
- 2. Suatu tindakan bisa saja agamis namun tidak bermanfaat (23:13, 15). Nyatanya, tindakan seperti itu bahkan mungkin berbahaya. Orang-orang Farisi memberikan upaya besar dalam menghasilkan banyak mualaf. Namun begitu, hasil akhirnya adalah para mualaf ini bahkan lebih korup daripada orang yang menjadikan mereka mualaf.
- 3. Suatu tindakan bisa jadi agamis namun tidak memadai (23:23). Yesus tidak mencela orang-orang Farisi karena setia kepada hal-hal kecil. Bagi orang Yahudi, persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan adalah hal yang baik. Sebaliknya, Ia mengecam mereka karena mengutamakan hal-hal yang kecil. Sementara menekankan hal-hal terkecil, mereka mengabaikan hal-hal yang lebih penting; keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan.
- 4. Suatu tindakan mungkin saja menjangkau masa depan dan idealis secara agama namun tidak berguna jika tidak dilakukan (23:29-36). Orang-orang Farisi menghormati makam-makam para nabi, yang telah dibunuh oleh nenek moyang mereka; tetapi, mereka belum merubah hati mereka. Mereka juga menganiaya dan membunuh orang-orang yang diutus oleh Allah pada zaman mereka—Yesus dan murid-murid-Nya.
- 5. Mereka yang terlibat dalam tindakan agama yang salah tidak harus tetap salah selamanya (23:37-39). Mereka bisa bertobat dan menjadi benar dengan Allah. Kesalahan yang menakutkan adalah jika seseorang menolak Tuhan selamanya, tapi tidak ada orang yang harus tetap dalam keadaan tidak diselamatkan.18
Orang-orang Farisi (Pasal 23)
Tujuan awal orang-orang Farisi adalah melestarikan ketaatan kepada hukum Taurat di tengah-tengah serangan budaya Yunani. Nama "Farisi" atau "Orang-Orang Yang Dipisahkan" itu sendiri menyiratkan pemisahan dari dosa. Mereka yang menganut konsep memulihkan dan melestarikan agama Kristen Perjanjian Baru tentunya dapat menghargai visi mulia mereka. Namun demikian, Yesus menegur mereka karena beberapa alasan. Kita harus berhati-hati supaya kita tidak melakukan kesalahan serupa.
- 1. Mereka tidak mempraktikkan apa yang mereka khotbahkan (23:2, 3).
- 2. Mereka mengikatkan pelbagai tradisi mereka kepada orang lain seolah-olah tradisi itu adalah perintah Allah (23:4; lihat 15:1-9).
- 3. Mereka lebih peduli dengan reputasi mereka di tengah-tengah manusia daripada reputasi mereka dengan Allah (23:5-7).
- 4. Mereka mengubah hidup manusia kepada kelompok mereka, bukan mengubah hidup manusia kepada Allah (23:13, 15).
- 5. Mereka merasa wajib menepati kata-kata mereka hanya ketika hal itu nyaman bagi mereka (23:16-22).
- 6. Mereka adalah ahli dalam ritual ibadah tapi pemula dalam "agama yang murni dan tak bercacat" (23:23, 24; lihat 25:34-46; Yak. 1:27).
- 7. Mereka terlihat saleh secara lahiriah tetapi tidak mengalami pembaharuan rohaniah (23:25-28).
- 8. Mereka secara membabi buta mengulangi dosa-dosa nenek moyang mereka (23:29-36).
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Farisisme Zaman Moderen (Matius 23:1-12)
Orang Kristen harus waspada terhadap tindakan mengadopsi pola pikir orang Farisi. Sangat mudah membayangkan ...
Farisisme Zaman Moderen (Matius 23:1-12)
Orang Kristen harus waspada terhadap tindakan mengadopsi pola pikir orang Farisi. Sangat mudah membayangkan agama sebagai bersifat lahiriah ketimbang rohaniah. Orang bisa saja mengenakan pakaian hari "Minggu terbaik"nya tetapi tidak mempersiapkan hatinya untuk ibadah. Ia mungkin melecehkan orang lain yang tidak berpakaian rapi (Yak. 2:2-4). Ketika memimpin doa, ia mungkin lebih peduli dengan mengesankan jemaat daripada dengan rendah hati berbicara dengan Allahnya. Ia mungkin mengucapkan doa yang panjang hanya untuk mengesankan orang lain. Ia mungkin tampil saleh pada pelayanan gereja tapi melonggarkan moralnya di sepanjang minggu itu. Orang yang memiliki pola pikir Farisi melebih-lebihkan pentingnya dirinya sendiri. Kapan saja ia memasuki ruangan, tujuannya adalah untuk menarik perhatian kepada dirinya sendiri daripada melayani kebutuhan orang lain. Pada intinya, ia berkata, "Ini aku," ketimbang "Itu kamu."
David Stewart
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publis...
Catatan Akhir:
- 1 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 323. Fakta bahwa murid-murid mengagumi orang-orang Farisi terlihat dari kepedulian mereka pada kesempatan sebelumnya bahwa Yesus telah menyinggung mereka (15:12).
- 2 1 Maccabees 1:20-64.
- 3 Ibid., 4:36-58.
- 4 Jerusalem Talmud Sotah 5.5; see Berakoth 9.5; Talmud Sotah 22b.
- 5 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 140. Wilkins menyediakan foto kursi-kursi dari Khorazim dan Delos.
- 6 Beberapa manuskrip memiliki frase tambahan "dan sulit untuk dipikul" (lihat KJV). Frasa ini mungkin secara tidak sengaja dihilangkan oleh seorang juru tulis karena silap mata, atau itu mungkin disisipkan dari Lukas 11:46(Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2d ed. [Stuttgart: German Bible Society, 1994], 49.)
- 7 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 573.
- 8 Kel. 16:29; 23:12; 31:13-17; 35:2, 3; Ima. 26:34, 35; Bil. 15:32-36; Ula. 5:12-15.
- 9 Wilkins, 141.
- 10 Lihat Josephus Antiquities 4.8.13; Letter of Aristeas 159.
- 11 Beberapa contoh tentang praktik ini dari wilayah mediteranean dikutip dalam Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 542-43.
- 12 William Sanford LaSor and Tamara C. Eskenazi, "Synagogue," in The International Standard Bible Encyclopedia, rev. ed., ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 4:680.
- 13 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 2, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 110; lihat Talmud Berakoth 3a; Baba Kamma 73b.
- 14 Wilkins, 142.
- 15 Lihat Mishnah Peah 8.5; Talmud Berakoth 6a; Jerusalem Talmud Besah 1.7; Genesis Rabbah 12.14. Istilah Aram untuk "bapak" adalah abba (Roma 8:15). Satu traktat dalam Mishnah bernama Aboth, "Bapak-bapak." Itu adalah koleksi perkataan bijaksana dari rabi-rabi terkenal.
- 16 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 215.
- 17 Talmud Erubin 13b.
- 18 Disadur dari Jack Wilhelm RSVP Newsletter (1991).
- 19 Wilkins, 143.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi